Senin, 04 Juni 2012

WONG CIREBON

Orang Cirebon atau Suku Cirebon adalah kelompok Etnis yang tersebar disekitar Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon,Kabupaten Indramayu,Kabupaten Majalengka sebelah utara atau disebut sebagai Wilayah''Pakaleran'',Kabupateb Kuningan sebelah utara,Kabupaten Subang sebelah Utara mulai dari Blanakan,Pamanukan,hingga Pusakanagara dan sebelah pesisir utara Kabupaten Karawang  Pedes hingga pesisir Cilamaya di Provinsi Jawa Barat dan sekitar Kec.Losari di Kabupaten Brebes,Provinsi Jawa Tengah,berjumlah sekitar 1,9jt,kebanyakan orang Cirebon memeluk agama Islam.Bahasa yang dituturkan oleh orang Cirebon adalah gabungan dari Bahasa Jawa,Sunda,Arab dan Cina yang mereka sebut sebagai Bahasa Cirebon.

Pengakuan Suku Tersendiri

Pada mulanya keberadaan Suku atau Orang Cirebon selalu dikaitkan dengan keberadaan Suku Sunda dan Jawa,namun kemudian eksestensinya mengarah pada pembentukan budaya tersendiri,mulai dari ragam batik pesisir yang tidak terlalu mengikuti pakem Keraton Jawa atau biasa disebut batik pedalaman hingga timbulnya tradisi-tradisi bercorak Islam sesuai dengan dibangunnya Keraton Cirebon pada abad ke 15 yang berlandaskan Islam 100%,eksistensi dari keberadaan suku atau orang Cirebon yang menyebut dirinya bukan Suku Sunda ataupun Suku Jawa,akhirnya mendapat jawaban dari sensus penduduk tahun 2010 dimana pada sensus penduduk tersebut tersedia kolom khusus bagi Suku Cirebon,hal ini berarti keberadaan Suku Cirebon telah diakui secara Nasional sebagai sebuah Suku tersendiri,menurut Erna Tresna Prihatin.

Indikator ini[Suku Cirebon]dilihat dari bahasa daerah yang digunakan Wong Cirebon tidak sama seperti bahasa Jawa atau Sunda.Masyarakat Cirebon juga punya identitas khusus yang membuat mereka merasa sebagai Suku Bangsa sendiri,penunjuk lainnya yang mencirikan seseorang sebagai Suku Cirebon adalah dari nama-namanya yang tidak seperti orang Jawa ataupun Sunda.Namun,belum ada penelitian lebih lanjut yang bisa menjelaskan tentang karakteristik identik tentang Suku Cirebon,untuk menelusuri kesukuan seseorang,hal itu bisa dilakukan dengan garis keturunan ayah kandung,selain itu jika orang itu sudah merasa memiliki Jiwa dan spirit daerah itu[daerah Suku Cirebon]maka dia berhak merasa sebagai suku yang dimaksud.

Bahasa

Dahulu bahasa Cirebon ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat mulai Cirebon yang merupakan salah satu Pelabuhan utama,khususnya pada abad ke-15 sampai ke -17.Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda,khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka dan di[engaruhi oleh budaya China,Arab dan Eropa hal ini dibuktikan dengan adanya kata''TAOCANG[kancir]''yang merupakan serapan China,kata ''Bakda[setelah]'',yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata''Sonder[tanpa]''yang merupakan serapan bahasa Eropa[Belanda].Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan,misalnya INGSUN[saya] dan SIRA[kamu]yang sudah tidak digunakan lagi oleh bahasa Jawa Baku.

Perdebatan tentang bahasa Cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri terlepas dari bahasa Sunda dan Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup panjang,serta melibatkan faktor Politik Pemerintahan,Budaya serta Ilmu kebahasaan.

Penelitian menggunakan kuesioner sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan kata bahasa Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75%,sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76%,untukdiakui sebagai sebuah bahasa tersendiri,suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.

Meski kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan Bahasa Cirebon''hanyalah''dialek[karena penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari bahasa terdekatnya],namun sampai saat ini Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 5 Tahun 2003 masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek.Dengan kata lain,belum ada revisi terhadap Perda tersebut.Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung Muh.Abdul Khak,hal itu sah-sah saja karena perda adalah kajian politik.Dalam dunia kebahasaan menurut dia,satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal,pertama,bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya,kedua atas dasar politik dan ketiga atas dasar Linguistik.

Bahasa atas dasar politik,contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah bahasa Indonesia,bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari bahasa Melayu,seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia.Namun atas dasar kepentingan politik,akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia,olej pemerintah Indonesia dinamakan dan diklaim bahasa Indonesia,selain alasan politik,pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam Perda itu,Abdul Khak mengatakan,Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara Nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.

Artinya ketika Perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jawa Barat,Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa,apalagi dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda,Cirebon memang berbeda.

Revisi Perda,sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen Linguistik,namun kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon,yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda.Ketua lembaga Basa Ian Sastra Cirebon Nurdin M.Noer mengatakan,bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda,meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa,dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya''mengandalkan''kosa kata dari bahasa Jawa maupun Sunda.''selain itu bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek,contohnya dialek Plered,Jaware,dan Dermayon,''ujarnya.Jika akan dilakukan revisi atas Perda tadi,kemungkinan besar masyarakat bahasa Cirebon Kn memprotes.

Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai,dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat,revisi tidak harus dilakukan,justru perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan.

KOSA KATA

Sebagian besar kosa kata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar[Surakarta,Yogyakarta] baik secara morfologi maupun fonetik.Memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun termasuk bahasa Jawa,mempunyai perbedaan cukup besar dengan ''bahasa  jawa baku'',yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo.Dengan demikian,sebelum 1970-an,buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid[dan mungkin juga gurunya].Oleh karena itu,pada tahun 1970-an,buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda''lebih dekat''.Akan tetapi,ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan diwilayahnya,yaitu
Bahasa Jawa dialek Cirebon.Namun penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah yang terjadi tahun selanjutnya tidal mencantumkan kata''bahasa Jawa dialek Cirebon''lagi,akan tetapi hanya menggunakan kata''bahasa Cirebon''hal ini seperti yang telah dilakukan pada penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa Cirebon pada tahun 2001-2002.''Kamus Bahasa Cirebon''yang ditulis oleh Almarhum Bapak Sudjana sudah tidak mencantumkan kata''Bahasa Jawa dialek Cirebon''namun hanya''Kamus Bahasa Cirebon''begitu juga penerbitan''Wyakarana-Tata Bahasa Cirebon''pada tahun 2002 yang tidak menunjukan lagi keberadaan Bahasa Cirebon sebagai bagian dari bahasa Jawa,namun menunjukkan eksistensi Bahasa Cirebon sebagai bahasa yang mandiri.

Macam Bahasa dialek Cirebon

-Bahasa Cirebon dialek Jawareh[jawa sawareh]
-Bahasa Cirebon dialek Dermayon
-Bahasa Cirebon dialek Plered
-Bahasa Cirebon dialek Gegesik

Hubungan dengan Kebudayaan Sunda

Hungungan dengan Suku atau Kebudayaan Sunda ditandai dengan adanya Keraton Cirebon sebagai sebuah bentuk eksistensi adanya Suku Cirebon,dimana pendiri Keraton Cirebon yaitu Raden Walangsungsang dan Nyai Rara Santang serta Pangeran Surya yang merupakan Kuwu di Kaliwedi masih keturunan Kerajaan Pajajaran yang merupakan Kerajaan Sunda namun dalam perkembangan selanjutnya Keraton Cirebon yang merupakan eksistensi keberadaan Suku Cirebon memilih jalannya sendiri yang kebanyakan bercorak Islam.

Hubungan dengan Kebudayaan Jawa

Dalam kaitannya dengan kebudayaan Jawa,keberadaan Bahasa Cirebon selalu dikaitkan dengan Bahasa Jawa dikarenakan adanya Tata Bahasa Cirebon yang  mirio dengan Tata bahasa Jawa,serta adanya beberapa kata dalam bahasa Cirebon yang juga memiliki RTI SAMA DALAM bAHASA jAWA.''iSUN AREP LUNGA SING UMAH''

Kalimat dalam bahasa Cirebon di atas berarti''saya mau pergi dari rumah''dimana jika dialihkan dalam bahasa Jawa kata ini menjadi''aku arep lungo sing umah''sehingga didapatkan kata yang hampir serupa akan tetapi ragam kalimat dalam bahasa Cirebon tidak hanya terbatas dari serapan Bahasa Jawa,perhatikan ragam dialek bahasa Cirebon berikut''ari khaul mulae bakda magrib mah punten,isun beli bisa teka,ana janji sih karo adhine''.

Dalam kalimat diatas ditemukan kata''ari''yang merupakan serapan dari bahasa Sunda dan kata ''bakda''yang merupakan serapan dari bahasa Arab.Dimana jika kita alihkan ke dalam bahasa Sunda baku ataupun Jawa baku akan ditemukan ragam kosa kata yang berbeda dengan kalimat diatas.

Dari Wikipedia Bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas.

Semoga bermanfaat untuk semuanya,amin.

Sabtu, 02 Juni 2012

Nyundakeun Urang Sunda Ngarti Hartina Sunda

By Gentra Kang Rangga in Gentra Pajajaran

Teu saeutik urang sunda anu teu acan manggih hartina Sunda,kumaha mimitana,naon sababna disebut Sunda,jeung teu sadar yen ngaran Sunda teh sabenerna mah ayeuna geus leungit deui.Can aya kacaritakeun inohong Sunda anu kabeuratan ku leungitna ngaran wewengkon Sunda atawa Pasundan.Malah nepikeun ka ahli sajarah Sunda oge lolobana lamun nulis buku anu eusina sajarah di wewengkon Sunde make judul Sajarah Jawa Barat,sedengkeun anu kasebut Jawa Barat mah henteu ngawakilkeun Tatar Sunda sagemblengna.

Ieu tulisan teu aya maksud pikeun mangaruhan NKRI,tapi sabalikna pikeun nguatkeun NKRI kudu aya rasa silih ajenan jeung silih hormat ka indentitas masing-masing.Loba urang Sunda nu ngarasa diteungteuinganan ku leungitna ngarana Sunda Kalapa nu pernah ngadeg leuwih ti 10 abad lamina,lamun teu percaya bisa dicobaa,misalna rek indit ka Jakarta aya nu nanya''Bade kamana?''lamun di jawab ''Bade ke Sunda Kalapa'',tangtu bae anu nya teh bakal rungah -ringeuh atawa kerung.

Nujadi masalah dina tulisan ieu lain nanaon,tapi perkara jati diri jeung eksistensi urang Sunda.Memang ngarasa teu mernah aya etnis,aya budaya,aya bahasa tapi teu boga wewengkon sacara de jure.

ASAL USUL NGARAN SUNDA

Ngenaan ngaran Sunda sacara administratif teu aya hubunganna jeung terminologi geografis anu disebut Greater Sunda(Sumatra,Jawa,Kalimantan,Sulawesi)jeung Lesser Sunda(Bali,NTB,NTT),ngan nu jelas mah nurutkeun sajarah,mimiti ayana ngaran Sunda anu aya patalina jeung ngaran tempat nyaeta sabada perkawis  pindahna puseur Karajaan Tarumanagara ku Sang Purnawarman(Raja katilu Tarumanagara)ti Jayasingapura(Jasinga)ka dayeuh anyar nu dibere ngaran Sundapura,hartina kota Sunda,sedengkeun ngaran Sunda sorangan asalna tina bahasa Sansekerta Sudha nu pihartieunnana beresih,herang,murni,aya oge nu ngahartikeun Cahaya atawa Cai,eta kajadian teh di ahir abad kaopat,anu dijieun dayeuh anyar tempatna lewih ka palebah kaler batan dayeuh Heubeul ngadekeutan basisir,anu aya aliran Walangan Gomati jeung Chandrabhaga(Prasasti Tugu,Cilincing).Saterusna Sang Purnawarman nyieun palabuan,ceuk dina sajarah mah nyieun palabuhan teh ti 15 Desember 398 nepikeun ka 11 Nopember 399 Masehi,jigana eta palanuan teh saterusna nu disebut Sunda Kalapa tea,eta ngaran Sunda Kalapa oge ti saprak diganti ngarana jadi Batavia ku Walanda teu balik deui,malah nu saterusna diganti jadai Jayakarta jeung Jakarta nepikeun ka kiwari.

SUNDA JADI NGARAN KARAJAAN

Taun 699Masehi Tarusbawa ngadeg jadi Raja ngaganti mitohana Sang Maharaja Linggawarman,Raja ka -12 tarumanagara,aya dua kajadian anu penting dina sajarah Sunda,Kahiji Tarusbawa ngaganti ngaran karajaan Tarumanaga jadi Sunda Sembawa,hartina tanah Kabuyutan(ngaran tanah leluhur).Kadua mindahkeun dayeuh ti Sundapura ka wewengkon pagunungan,mun ayeuna nu disebut wewengkon Pakuan,di dayeuh anyar manehna ngawangun Lima Karaton nu ukuran jeung bentukna sarua dijajarkeun.Masing-masing karaton dibere ngaran Sri Bima,Punta,Narayana,Madura jeung Suradipati.Timimiti harita Sunda eksis jadi ngaran karajaan,sedengkeun dayeuh anyar tempat ngadegna Lima Karaton anu ngajajar jadi Purwa Daksi ngaran Pajajaran.

SUNDA JADI NGARAN ETNIS

Can aya referensi anu jelas ngenaan iraha mimitina disebut etnis Sunda.Tapi lamun nalungtik sajarah katukang,jiganamah dimimitina ku ngadegna Sunda Sembawa,sejarah sebutan etnis Sunda nurutkeun panyawangan prosesna teu jauh beda jeung ngadegna Karajaan Sunda,ngan bedana lamun sebutan Karajaan Sunda aya proses waktu anu tangtu ngukuhkeun ngaran ku Tarusbawa,sedengkeun sebutan ngaran etnis Sunda sacara alami.Jadi memang rada hese nangtukeun titik kawitanna,lantaran aya patula patalina jeung khas budaya,adat istiadat,bahasa jsb.(jeung sajabana).

WEWENGKON SUNDA

Loba anu nganggap yen wewengkon Sunda identik jeung wewengkon Jawa Barat baheula samemeh pisah jeung Banten,eta anggapan teh kaliru lantaran anu kasebut Jawa Barat mah nyaeta wewengkon anyar anu dijieun henteu nurutkeun indentitas etnis tapi nurutkeun Undang-undang no.11 taun 1950.

Batas wewengkon Tatar Sunda palebah kaler,kidul jeung kulon mah teu hese maluruh lantaran sakurilingna basisir,ngan palebah wetan kudu ditalungtik dina sajarah sabab batas Jawa Barat lain batas wewengkon tatar Sunda.

Aya sabaraha katerangan ngenaan wewengkon Sunda nu bisa keneh dipaluruh diantarana katerangan sajarah''Tragedi Bubat'',perjalanan Bujangga Manik jeung waktu ngadegna Prabu Gesan Ulun waktu dilantik jadi Nalendra ahli waris Pajajaran.

Tempat kajadian gugurna Raja Sunda Prabu Lingga Buana waktu nyumponan janji jeung Raja Majapahit Hayam Wuruk,waktu harita Raja Sunda jeung Raja Majapahit jajni pateupung dibatas nagri anu kasebut Bubat pikeun ngalaksanakeun seserahan Putri Diah Pitaloka anu rek ditikah ku Hayam Wuruk.Ngan hanjakal Hayam Wuruk jalir kana janji,antukna jadi musibah anu saterusna diabadikeun dina sajarah Sunda,jadi lamun nurutkeun kajaian eta,batas wewengkon Sunda palebah wetan nyaeta anu kasebut Bubat.

Catetan perjalan Bujangga Manik anu boga ngaran aslina Prabu Jaya Pakuan,sanajan manehna jadi salah saurang Prabu tapi hirupna leuwih condong jadi Resi,waktu ngayakeun perjalanan ngumbara mapay kabuyutan anu jadi puseur agam hindu ka paleubah wetan nepi ka wewengkon Majapahit jeung Bali,aya catatan perjalanan nu nyebutkeun mentas Cipamali pikeun asup ka wewengkon Jawa,ayeuna Walungan Cipamali teh mindeg disebut kali Brebes jeung kaasup kawewengkon Jawa Tengan,Eta dokumen perjalanan teh ditulis dina daun nipah mangrupa puisi Saloba 29 lambar,kiwari aya di perpustakaan Bodleian,Oxford ti saprak tahun 1627 Masehi.

Waktu Prabu Geusan Ulun Raja Sumedang Larang dilantik ku 4 Kandaga Lante ti Pakuan Pajajaran,geusan Ulum resmi jadi Nalendra neruskeun Pajajaran anu batas wewengkonna,palebah kidul laut kidul,palebah kaler laut kaler,palebah kulon walungan Cisadane(batas Sumedang Larang palebah Kolon lantaran ti Cisadane ka kulon geus jadi Kasultanan Banten),palebah wetan walungan Cipamali,eta katerangan batas wewengkon teh ayenua oge masih bisa di baca di makam Geusan Ulum Dayeuh Luhur Sumedang.

LENGITNA NGARAN SUNDA

Sabda rungkadna Karajaan Sunda Pajajaran,ngaran wewengkon Sunda mimiti leungit,memang Sumedang Larang ngawarisan Pajajaran ngan hanjakal geus teu ngawakilan Sunda deui,Karajaan Sumedang Larang nga ukur ngungkapkeun eksistensi Pajajaran ecara emosional,yen Pajajaran henteu ludes pisan.

Ngaran Sunda kungsi muncul deui dina taun 1947,waktu harita R>M>Soeria Kartalegawa anu sememehna pernah jadi Bupati Garut mroklamirkeun Republik Pasundan,jeung nu jaadi  wali ngarana R.A.A.M Wiranata Kusumah,malah kungsi ngalaman sababaraha kali robah kabinet,saenggeusna dibubarkeun dina tanggal 11 Maret 1950,ngaran Sunda anu aya patula payali jeung tempat,leungit lebeng teu muncul deui nepikeun ka kiwari.

Ngadegna Republik Pasundan ku Suria Kartalegawa pernah jadi polemik,jadi bahan argumen antara Rosihan Anwar jeung Asep Sjamsulbachri.Rosihan Anwar nganggep yen Soeria Kartalegawa tokoh penghianat,sedengkeun Asep Sjamsulbachri sabalikna .Anu jadi maslah lain pasualan adu argumen,tapi kunaon ngadegna Republik Pasundan jadi perkara sedengkeun nagara bagian nu sejen teu di ungkit-ungkit,padahal waktu harita Indonesia teh nagara Sarikat.

Hanjakal pisan ngaran wewengkon Sunda anu geus pernah eksis kurang leuwih 1000 taun leungit teu kapuluk deui,jeung matak heran can aya kasebutkeun dina sajarah ti baheula nepikeun ka kiwari inihong Sunda kabeuratan ku leungitna ngaran Sunda atawa Tatar Sunda.Hese kahartina,berjuang nanjeurkeun nagara tapi mopohokeun kana jati dirina,asa kuharianeun siga nu panuju pisan kana leungitna ngaran Tatar Sunda.

Masalah sejen anu ayeuna keur karandapan ku urang Sunda nyaeta perkara Jati Diri,umumna self identity urang Sunda kurang kuat.Loba contohna anu bisa dibandungan dimana-mana,boh di Bandung anu kaasup salah saiji wewengkon Sunda kitu deui uarang sunda nu ngumbara di manca nagara,lamun nyambat atawa ngageroan kanu teu wawuh malah kanu wawuh oge,bari jeung sarua urang sunda loba anu make mas atawa mba lain KANG,AA,AYI,utawai CEU,jadi wajar lamun nu sejen teu mirosea ka Sunda da urang sunda sorangan oge geus loba nu api lain.

Pasualan anu teu eleh ngahariwangkeun nana,loba pisan nonoman Sunda nu teu apal kana sajarahna sorangan,sajaba ti eta neangan literatur sajarah Sunda,komo deui literatur sajarah nu make basa Sunda.Kaayaan urang sunda kiwari bisa kasebutkeun katurug katutuh.Malahan dina taun 2006 mah pernah geunlleung aya anu ngakukeun Kakaisaran Sunda Nusantara.Ku maca judulnna oge geus kacida pisan salahna,pangakuanna patekeur jeung terminologi geografi,hal ieu teh mere indekasi yen maranehannana teu ngartieun kumaha Karajaan Sunda sabenerna baheula,ngan ngira-ngira ku sawangan anu salah.

Lamun dibandungan leuwih jauh,kaayaan Sunda ayeuna ibarat poe anu rek surup,anu tina waktu ka waktu ngalaman erosi boh dina ngaran,sajarah,budaya kitu oge bahasa.Ngaran Sunda Kalapa teu balik deui,ngaran wewengkon ngan tinggal pangakuan wungkul,kana sajarah sorangan geus loba anu teu apal,geus loba anu teu daek make basa sorangan,majarkeun teh cenah bsa Sunda mah kampungan atawa alasan sejen anu rada mernah,pokokna teh era sieun salah,komo kana tulisan mah geus bisa kasebutkeun lapur,lantaran geus hese neangan anu masih keneh bisa maca jeung nulis aksara Sunda.

URANG SUNDA KU NGAROBAH SIKEP

Handap asor,rengkuh ka batur,someah ka semah,silih asih,silih asah jeung asilih asuh anu geus jadi filisof dina budaya Sunda sacara turun-tumurun.Jiganamah dumasar kana filosofi eta urang sunda ngajenan pisan ka pihak deungeun,jadi kahrti pisan urang sunda loba ngelehan maksudna pikeun ngaragangan.Urang Sunda lamun boga kahayang geus jadi kabiasaan leuwih tiheula sok ngagarap hate deungeun,ieu kanyataan ngalahirkeun sindiran filisof anekdot''MANGGA TI PAYUN,MNGGA NGIRINGAN''.

Sabenernamah pasifatan urang sunda teu cocok ulubung dina politik praktis ti Indonesia,lantaran teu biasa ngarempak adat anu geus jadi kabiasaan,sedengkeun dina politik praktis loba pisa usaha terobosan anyar jeung satekah polah nyingkirkeun lawan politikna,jadi urang sunda anu ulubiung dina politik praktis ti Indonesia ibarat hirup ti habitat sejen,jadi kaharti lamun loba anggota wakil rakyat di DPRD Jawa Barat loba lain urang Sunda pituin.

Pikeun mertahankeun eksistensi Sunda ti Tatar Sunda,ti ayeuna ka hareup anu kasebut inihong Sunda atawa boga pancen jadi pamimpin Wayahna kudu bisa ngarobah sikep  dina harti positf jeung kudu mikirkeun akibatna,lantaran kusaha deui Sunda dipertahankeun lamun lain ku urang Sunda sorangan.

Dina kaayaan Tatar Sunda ayeuna  nu geus heterogen jeung pinuh ku persaingan,kudu ninggalkeun gaya hirup model carita rayat Si Kabayan anu pamalesan,hirup sahayuna,pinter-pinter bodo,gawena ngan ngorek ceuli ditepas imah,atawa Karnadi Bandar Bangkong anu loba ngalamun,teu ngukur ka kujur jeung teu mikirkeun akibatna.

Pikeun ngahudang rasa patriot di Tatar Sunda,teu aya salahnaa lamun urang mieling jaman katukang.Aya sababaraha urang tokoh sunda anu salila hirupna toh-tohan harga diri kasundaan saperti Lingga Buana ,Surawisesa,Jaya Perkasa jeung nu sjenna,Ka beh dieuna aya oge pamimpin Sunda anu ngabela rayat saperti Pangeran Kornel.Eta kajadian sajarah anu atra figur kapahlawanan aya hadena jadi bahan kurikulum di sakola utamana pikeun muatan lokal,lantyaran moal wanoh lamun teu wawuh,moal aya rasa reueus kana kasundaan nana lamun teu apal kana sajarahna sorangan.

Lamun generasi anyar ayeuna teu dihudang deui kana Jati Dirina,teu mustahil dina waktu kahareup anak incu bakal kaleungitan obor,ngan ukur bisa nyarita'cenah mah urang teh katurunan Sunda'.Antkna Ki Sunda teh leungit ngan kari ngaran anu aya dina sajarah wungkul,kitu oge lamun masih keneh aya literatur jeung sempet maca.

Wapedia,Bujangga Manik.
Sok atuh keur urang Sunda,mangga atuh dipertahankeun,disebarkeun,diamalkeun ulah poho kana sajarah Tatar Sunda.

HASIL UNAS SMP NEGERI 2 SUKODONO-SIDOARJO

Sesuai dengan Keputusan rapat Pleno Pelulusan tanggal 2 Juni 2012,Maka diputuskan bahwa peserta Ujian Nasional yang berjumlah 248 peserta didik dinyatakan "LULUS'100% [ Lulus Semua ] dengan perolehan nilai tertinggi 38,90 diraih oleh peserta didik dengan nama : AFIDAH HIKMATUN NISA kelas 9-A,Selamat yaaaa....adapun Nilai Ujian Nasional,Nilai Ujian Sekolah dan Nilai Akhir dapat dilihat di Sekolah pada Hari Senin,4 Juni 2012.</p>
          <p></p> 

Mengenal Pernikahan Adat Budaya Cirebonan

Perlu kiranya kita mengenal dalam acara pernikahan dalam adat daerah Wong Cirebon,dan kita juga perlu tau apa maksud dan arti pakaian yang kita kenakan ketika acara Sakral Pernikahan yang pernah kita pakai mari kita simak penjelasan dibawah ini agar kita mengenal adat budaya Wong Cirebon,tentunya kita harus bangga sebagai Wong Cirebon Jeh,,,,,,,

Busana pengantin Cirebon ada dua macam,yang berwarna hijau kombinasi ungu dengan model kemben dan dilengkapi teratai yang sewarna dengan kemben pada bahu dan dadanya,disebut pakaian pengantin corak kebesaran,sedangkan yang model kebaya dan jas dari beludru hitam atau hijau disebut busana pengantin bercorak Kepangeran.

Sejak tahun 1985,busana pengantin yang lazim digunakan oleh dua Keraton Cirebon yakni Kasepuhan dan Kanoman ditetapkan sebagai busana pengantin Cirebon maka busana pengantin kedua keraton kini resmi sebagai busana adat pengantin Cirebon,karena berasal dari dua keraton mka busana pengantin Cirebon pun terbagi menjadi dua macam yakni busana pengantin Kepangeran yang berasal dari Keraton Kasepuhan dan Busana pengantin kebesaran yang berasal dari Keraton Kanoman,tapi karena kedua keraton tersebut yang memang pada awalnya merupakan keraton yang sama maka tak heran kiranya jika kemudian aksesoris yang dipakai dalam busana pengantin kedua keraton ini memiliki kesamaan satu sama lain,begitupun dengan makna-makna dari simbol yang terkandung didalamnya sbb :

1.Busana Pengantin Wanita

Busana yang dikenakan oleh pengantin wanita untuk menutup bagian atas tubuhnya digunakan kemben hijau yang berhiaskan Manik-manik warna keemasan dan untuk menutup bagian bawah sendiri digunakan kain berlancar dan dodot Cirebonan dengan warna dasar Violet muda yang diberi motif dengan bentuk besar-besar disetiap pojoknnya,sedangkan untuk bagian dada hingga ke leher digunakan tratean,yaitu sebuah kain yang berbentuk melingkar yang fungsinya untuk menutup bagian dada,bahu hingga ke belikat.Untuk warna,motif dan bahan yang digunakan untuk teratean ini disesuaikan dengan motif,warna dan bahan yang digunakan untuk kemben agar telihat senada dan tak terkesan tumpang tindih.makna yang terkandung dalam teratean ini sendiri adalah berasal dari kata teratai yaitu sejenis bunga yang tumbuh di air dan limpur tapi memiliki bunga yang sedemikian indah,jadi dengan kata lain makna dari terataian ini adalah bahwa pengantin wanita ini ibarat bunga teratai yang sedang mekar,dan tak penting lagi ini seperti apa asal usulnya ,dari mana berasal,dan sebagainya,

Untuk aksesoris yang dipakai pengantin wanita sendiri adalah antara lain Mahkota Suri berhias permata asem jarot yang dikenakan di kepala di kepala yang telah bersanggul,makna dan simbol yang terkandung dalam mahkota yang terpasang di kepala ini sendiri adalah bahwa mulai hari itu sang mempelai wanita merupakan seorang ratu,baik saat ini selaku pengantin maupun hingga nanti sebagai ratu bagi suami dan rumah tangganya,disamping itu dengan memakai mahkota seperti ratu itu diharapkan nantinya dalam mengarungi rumah tangga sang perempuan bersikap layaknya ratu yang tiap laku lampahnya menyorotkan sinar keagungan,menjaga kehormatan suaminya dan sebagainya.

Kemudian aksesoris lain yang dipakai oleh pengantin perempuan adalah untaian bunga melati yang menjuntai dari pelipis hingga kedada,giwang yang dikenakan di telinga kiri kanan,cincin yang dikenanakan di kedua jari manis,kalung tiga susun yang seolah-olah tertempel pada teratean untuk menghiasi leher dan dada,kelat bahu berbentuk naga yang dikenakan dibagian lengan dekat bahu yang bermakna bahwa sang pengantin tetap siap secara fisik maupun mental untuk mengarungi bahtera rumah tangga,gelang kono yang dipakai di kedua pergelangan tangan yang dari bentuknya yang membulat memiliki makna atau simbol dari kebulatan tekad,sabuk yang melingkar di pinggang yang terbuat dari emas atau logam lain yang disepuh dengan warna keemasan dan yang terakhir adalah selop berhias manik-manik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan warna kemben dan teratean pada bagian dada.

Jika kita amati,busana pengantin dan aksesoris yang dipakai oleh mempelai wanita ini didominasi oleh kedua jenis warna yakni hijau dan kuning,ini jelas bukan sekedar warna tanpa makna,warna hijau dalam tradisi islam merupakan manifestasi  dari kata Rahmaan dan kuning sendiri adalah simbol warna untuk kata Rahiim,jadi kedua warna tadi yaitu hijau dan kuning merupakan simbol dari kalimat BASMALAH yang merupakan kalimat yang selalu diucapkan umat islam setiap akan melakukan sesuatu.Basmalah adalah gerbang dari segala perbuatan kedepan yang akan dilakukan,untuk itu dengan hijau dan kuning yang berarti mengucap Basmalah,mengingat kepada sang pengantin bahwa perkawinan ini haruslah diawali dengan niat baik demi untuk menggapai Ridho Allah.

2.Busana Pengantin Pria

Pada bagian kepala pengantin Pria dikenakan sebuah mahkota yang berbentuk bundar dan menyempit keatas dengan tinggi sekitar 25 cm,dan terbuat dari bahan berudru berwarna hijau yang dilapisi dengan emas dan permata disekeliling lingkarannya,makna simbolik dari mahkota yang disebut sebagai mahkota Prabu Kresna ini adalah bahwa dengan memakai mahkota ini diharapkan nantinya sang pengantin pria kelak ketika memimpin rumah tangganya memiliki kecakapan seperti halnya Prabu Kresna yang dikenal sangat adil,bijaksana,dan tangguh dalam menlindungi keluarganya.

Untuk bagian atas tubuh pengantin pria dikenakan baju oblong berwarna putih atau gading,baju ini berlengan pendek,kemudian untuk menutupi bagian dada seeperti hanya pada pengantin perempuan,dikenakanlah teratean dengan motif dan warna yang sama persis dengan yang dikenakan oleh pengantin perempuan yang memiliki makna bahwa keduanya memang sehati dan suyunan dalam memutuskan menjadi suami istri,satu-satunya yang membedakan teratean yang dikenakan oleh pengantin pria dengan pengantin perempuan ini hanyalah pada masalah bentuk saja,disesuaikan dengan lambang yoni dan lingga.

Untuk bagian bawah pengantin pria mengenakan celana tiga perempat yang jatuh beberapa centi dibawah lutut,celana yang pada bagian bawahnya terdapat sulaman benang emas ini terbuat dari beludru yang berwarna senada dengan baju yang dikenakan,pengantin pria juga memakai kain Dodot Khas Cirebon dipinggangnya lalu diatas Dodot batik itu dililitkan satu helai stagen Cinde dan diperkuat dengan kamus epek timang yang juga terbuat dari beludru.

Tak ketinggalan juga selendang dan satu Dodot Kewer yang menhiasi kedua pahanya dibagian depan agak menyamping,dan yang terakhir adalah Keris yang dikenakan dibagian pinggang dengan hiasan ombyok dari bunga mawar disela-sela gagangnya,makna dari keris ini sendiri adalah untuk mengingatkan kepada mempelai pria bahwa dia harus melindungi keluarganya dari bahaya yang datang dari luar,menjaga keselamatan keluarga merupakan kehormatan terbesar bagi laki-laki.
Untuk aksesoris lain yang dipakai hampir sama seperti yang dipakai oleh mempelai yakni Cincin,Kalung,Kelat bahu berbentuk Naga,Gelang kuno dan sebagainya.

Rabu, 30 Mei 2012

Mengenal Akar Budaya dan Masyarakat Cirebon

Sosok kebudayaan Cirebon yang berkembang hingga saat ini bukan merupakan cerminan atau ''karya,Karsa dan Rasa''(buah pikiran,akal budi)manusia Cirebon itu sendiri,melainkan lebih merupakan pembiasan dari kebudayaan asing(sunda,jawa,cina,arab,india,dll).Hal itupun kemudian diamini oleh Ahmad Syubbanuddin Alwy,yang dengan segenap ketegasannya mengatakan bahwa budaya Cirebon tidak memiliki identitas yang jelas.

Dalam perspektif kebudayaan,diakui atau tidak,Cirebon sesungguhnya merupakan sebuah fenomena menarik yang banyak menyedot perhatian berbagai kalangan.Cirebon ternyata tidak hanya diperbincangkan,tetapi juga memperbincangkan dirinya,bagi sebuah misteri,pada saat-saat peristiwa budaya berlangsung,Cirebon menjadi pusat perhatian,dari yang hanya sekedar ingin tahu sampai yang melakukan berbagai penelitian sehingga menurut istilah Arthur S,Nalan,dewasa ini Cirebon telah menjadi sebuah wilayah yang sudah Lidig(tanah yang penuh dengan jejak kaki).Hal itu secara eksplisit memberi petunjuk pada kita bahwa sosok daerah itu memiliki daya tarik tersendiri,terutama yang menunjuk pada relasinya dengan tipikal seni budayanya yang unik.

Terbentuknya unikum budaya Cirebon yang menjadi ciri khas masyarakatnya hingga dewasa ini lebih disebabkan oleh faktor geografis dan historis,dalam konteks ini,sebagai daerah pesisir,Cirebon ejak sebelum dan sesudah masuknya pengaruh islam merupakan pelabuhan yang penting dipesisir Utara Jawa,oleh karena itu,dalam posisinya yang demikian itu,Cirebon menjadi sangat terbuka bagi suku,agama dan bahkan antar bangsa.

Menurut Pustaka Jawadwipa,pada tahun 1447M,kaum pendatang yang kemudian menjadi penduduk Cirebon saat itu,berjumlah sekitar 346 orang yang mencakup sembilan rumpun etnis,seperti Sunda,Jawa,Sumatera,Semenajung,India,Parsi,Syam(Siria),Arab,dan Cina.Sebagai konseksuensi logis dari realitas masyarakat yang sedemikian plural,proses akulturasi budaya dan sinkrentisme menjadi sebuah keniscayaan yang tak terelakan.

Demikianlah realita budaya Cirebon,identitas yang hibrid itu kemudian diejawantahkan ke dalam berbagai bentuk budaya material,mulai dari kain(batik),seni boga,seni pertunjukkan,hingga bangunan-bangunan ibadah(Setiadi Sopandi),Kompas 16/3/03,namun serapan-serapan budaya sering kali tidak hanya berbentuk seni,ttapi juga pada kehidupan sehari-hari yang sifatnya sangat mendasar,seperti pada sistem kepercayaan masyarakat.

Secara simbolik hibriditas kebudayaan Cirebon tampak pada bentuk ornamen kereta Paksi Naga Liman,kerata kebesaran Kesultanan cirebon dimasa lampau itu berbentuk hewan bersayap,berkepala naga,dan berbelai gajah,hal tersebut menyiratkan makna yang sangat mendalam bahwa konstruksi kebudayaan Cirebon terbentuk dari tiga kekuatan besar,yakni kebudayaan Cina(Naga),kebudayaan Hindu(gajah),dan kebudayaan islam(liman).

Kecenderungan kultural yang hibrid itu,seperti telah disinggung diatas,tampak pada berbagai jenis kesenian tradisional,sebut saja Topeng Cirebon misalnya,terutama dalam unsur-unsur visualnya adlah pengaruh budaya Cina,dalam hal ini Saini KM mengungkapkan,betapa miripnya hiasan kepala (tekes,siger)dan Topeng(kedok)yang dikenakan oleh tokoh-tokoh Topeng Cirebon dengan tokoh-tokoh Opera Peking.

Memang pengaruh budaya Cina begitu kuat mewarnai bentuk-bentuk kesenian milik masyarakat Cirebon,simak sja batik Trusmi dan lukisan kaca,ornamentasi kedua bentuk karya seni rumpun seni rupa itu(mega mendung dan wadasan)hasil adopsi dari motif-motif lukisan Cina,juga seni helaran Burokan mirip benar dengan seni pertunjukan Barongsay,harus diakui pula dalam sistem kepercayaan masyarakatnya sekalipun atas kehebatannya Suanan Gunung jati yang telah menjadikan islam sebagai basis religi,tetapi apabila kita cermati lebih seksama reduksi arkais budaya dan Hindu bercampur menjadi bagian Folway(tradisi,adat,kebiasaa)Wong Cirebon.

Bersambung.... 

Surah Al-Fatihah

Al-Fatihah,''pembukaan''adalah surah pertama dalam Al-Qur'an,surah ini di turunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat,Al-Fatihah merupakan surah yang perta diturunkan dengan lengkap diantara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an,surah ini dinamakan Al-Fatihah(Pembukaan),karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Qur'an.Dinamakan Ummul Qur'an(induk Al-Qur'an atau Ummul Kitab,induk Al-Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Qur'an,dinamakan pula As Sab'ul matsaany(tujuh yang berulang-ulang karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2,dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah,karena Allah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini,diantaranya nikmat itu ialah:nikmat menciptakan,nikmat mendidik dan menumbuhkan,sebab kata Rabb dalam kalimat Rabbul'aalamin tidak hanya berarti Tuhan atau penguasa,tetapi juga mengandung arti Tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan,hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah,karena Tuhanl-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini.Pendidikan,penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya,sehingga menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah,serta berguna bagi masyarakat,oleh karena keimanan(ketauhidan)itu merupakan masalah yang pokok,maka di dalam surah Al-Fatiha tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja,tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5,yaitu : Iyyaaka na'bud wa iyyaka nasta'iin(hanya kepada Engkau-lah kami menyembah,dan hanya kepada Engka-lah kami mohon pertolongan),janji Allah,memberi pahala terhada perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.

Yang dimaksud dengan yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari tiu Allah-lah yang berkuasa sega sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaa-Nya.Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk,ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat,maksud''Hidayah''disini ialah hidayah yang menjadi sebab daptnya keselamatan,kebahagiaan dunia dan akhirat,baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak,hukum-hukum dan pelajaran.

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah,sebagian besar dari ayat-ayat Al-Qur'an memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang,yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini.ialah para Nabi,para shiddieqiin(orang-orang yang sungguh-sungguh beriman),syuhada(orang-orang yang mati syahid),Shaalihiin(orang-orang yang saleh),orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat,ialah golongan yang menyimpang dari ajaran islam.

Perincian dari yang telah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur'an pada surah-surah yang lain.

Al-Fatihah dalam Shalat
Al-Fatihah merupakan satu-satunya yang dipandang penting dalam shalat,shalat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini(4) Dalam hadist dinyatakan bahwa shalat yang tidak disertai Al-Fatihah adalah shalat yang''buntung''dan''tidak sempurna''(5) walau begitu hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak hapal Al-Fatihah.Dalam hadist ini disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca.

''Maha Suci Allah,segala puji milik Allah,tidak ada Tuhan kecuali Allah,Allah Maha Besar,tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah.''(6)

Dalam pelaksanaan shalat,Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan do'a iftitah dan dilanjutkan dengan ''Amin'' dan kemudian membaca ayat atau surah Al-Qur'an(pada rakaat tertentu).Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam shalat,harus diiringi dengan ayat surah lain Al-Qur'an.Sedangkan rakaat ketiga hingga keempat,hanya Al-Fatihah saja yang dibaca(7).

Amin(jeda)Arrahmanir rahim(jeda)maliki yaumiddin(jeda)dan seterusnya.

Selain itu,kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddin dengan ma pendek dibaca Maliki yaumiddin dengan ma panjang,(9)

Dalam shalat,Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata''Amin''.Amin''dalam shalat jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian diikuti oleh makmum.pembacaan ''Amin''diharuskan dengan suara keras dan panjang(10),dalam hadist disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan ''Amin''karena Malaikat juga mengucapkannya,sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa''Amin''diucapkan apabila imam mengucapkannya.(11)

Rasulullah bersabda''Wahai Abu Bakar,saya telah leawat di depan rumahmu ketika engkau shalat Lail dengan membaca lirih,''Abu Bakar menjawab,''Wahai Rasulullah,Dzat yang aku bisiki sudah mendengar.''Beliau bersabda kepada Umar,''Aku telah lewat di depan rumahmu ketika kamu shalat Lail dengan bacaan yang keras.'' jawabnya,Wahai Rasulullah,aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan,''Nabi SAW bersabda,''Wahai Abu Bakar,keraskan sedikit suaramu,''Kepada Umar beliau bersabda,''Lirihkan sedikit suaramu''(12).

Penutup

Surah Al-Fatihah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at islam,kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Qur'an yang 113 surah berikutnya.

Persesuaian ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surah Al-Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surah Al baqarah dan surat-surat yang sesudahnya,dibahagian akhir surat Al-Fatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Allah kejalan yang lurus,sedangkan surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan Al Kitab(Al Qur'an) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksud itu.

Ada kurang lebihnya kami mohon bisa ditambahkan. 

Gua Sunyaragi Cirebon

Lebih kurang 5km kearah Barat dari jantung kota Cirebon,tepatnya dikelurahan Graksan,terhampar bangunan yang unik,areal bangunan ini dikenal sebagai Tamansari Gua Sinyaragi,petilasan dengan arsitektur,estetik bernilai historis,serta mengungkap nilai-nilai spiritual yang merupakan salah satu warisan budaya masa lalu yang terdapat di wilayah Cirebon,pembangunannya dilakukan pada tahun 1703,sedangkan gagasan berasal dari benak Sang Patih Keraton Kasepuhan yang bernama Pangeran Arya Cirebon,tokoh ini dikenal sebagai peminta sejarah dan kebudayaan,karya legendaris lainnya yaiutu kitab sejarah''PURWAKA CARUBAN''yang berhasil disusunnya pada tahun1720,Sunya berarti sepi,rga tau ragi berarti Jasmani

Taman Gua Sunyaragi ini senenarnya merupakan komplek bangunan kuno yang apabila dibagi-bagi akan terdapat 12 bangunan inti dari satu bangunan tambahan yaitu :

1.  Gua Pengawal
2.  Gua Pande Kemasan
3.  Gua Simayang
4.  Bangsal Jinem
5  .Gua Pawon
6.  Mande Beling
7.  Gua Lawa
8.  Gua Padang Ati
9.  Gua Kelanggengan
10.Gua Peteng
11.Bale Kambang
12.Gua Arga Jumut