KESADARAN DIRI
Didlam filsafat kontempore secara hakiki terpusat pada pribadi manusia.Boleh jadi,tanpa situasi historis kita tidak bisa memahami apa dan esensi diri yang sebenarnya.Alqur'an membuka pintu dunia baru,tentang kesadaran diri secara berurutan sampai kepada kesadaran Universal.Ungkapan ini tidak terikat oleh suatu aliran tertentu,tetapi muncul ketika manusia dihadapkan pada persoalan untuk memikirkan eksistensi.Dimana keberadaannya bagaikan terlempar begitu saja.''Aku''yang kehilangan arah,berpaling dari diri sendiri,ia mawas diri dan menyelidiki dirinya.Demikianlah suatu motf yang mula-mula bersifat historis dan psikologis berubah menjadi suatu pertanyaan filosofis yang mendesak:''Siapakah aku ini? Dengan kegembiraan dan harapanku? Apakah tujuan hidup ini? Apakah artinya? Mengapa aku bereksistensi? Dan bukannya tidak bereksistensi?''
Mengemukakan masalah mengenai pribadi dalam ungkapan-ungkapan tersebut,berarti mengemukakan masalah kebebasan,masalah tanggungjawab.Hal ini membawa kita kepada penelitian mengenai dasar dari asal-usul,baik dari sisi kebebasan maupun dari sisi tanggungjawab.Hal tersebut akhirnya memunculkan masalah ke-Tuhanan.Apakah dengan pernyataan Ulama populer''MAN ARAFA NAFSHU FAQAD ARAFA RABBAHU?''( Barang siapa tahu akan dirinya,maka ia tahu akan Tuhannya )
Dalam arti yang sebenarnya,kata''eksistensi''berarti data kosmis,sejauh manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya.Hubungan erat antara masalah manusia dan masalah ke-Tuhanan,terlihat baik pada mereka yang mengikuti-Nya.Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri dan merupakan fitrah manusia.
Dalam arti yang sebenarnya,kata''eksistensi''berarti data kosmis,sejauh manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya.Hubungan serat antara masalah manusia dan masalah ke-Tuhanan,Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri dan merupakan fitrah manusia.
Mengatakan bahwa setiap pribadi memiliki naluri religiusitas dalam pengertian apapun,baik yang sejati maupun yang palsu.Sebenarnya adalah sama dengan mengatakan setiap pribadi memiliki naluri untuk kepercayaan.Dalam tinjauan antropologi budaya,Naluri itu muncul bebarengan dengan hasrat memperoleh kejelasan tentang hidup ini sendiri dan alam sekitar yang menjadi lingkungan hidup ini.Karena itu setiap orang dan masyarakat pasti mempunyai keinsafan tertentu tentang apa yang dianggap''Pusat''atau''Sentral''dalam hidup seperti dikatakan oleh Mircea Elidae:
''Setiap orang cenderung,meskipun tanpa disadari mengarah ke pusat dan menuju pusat sendiri,dimana ia akan menemukan hakekat yang utuh yaitu rasa kesucian.Keinginan yang begitu mendalam berakar dalam diri manusia untuk menemukan dirinya pada intinya wujud hakiki itu di pusat alam,tempat komunikasi dengan langit menjelaskan dimana akan ungkapan pusat alam semesta''
Disini kita akan mencoba menelusuri secara beruntun dari dasar sekali.Alqur'an menyebutkan dalam surat Adz Dzaariyaat ayat 21:
''DAN JUGA PADA DIRIMU,MAKA APAKAH KAMU TIADA MEMPERHATIKAN'' (QS 51:21) juga dalam Surat Al Hijr ayat 28-29 :
''Dan (ingatlah) Ketika Tuhanmu Berfirman kepada para Malaikat:Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari Tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh(Ciptaan)Ku,maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud''(QS 15:28-29).
Dalam kerangka ini kita mengambil garis yang jelas dari peristiwa kejadian manusia,dimana para makhluk baik itu setan maupun Malaikat mempertanyakan kebijakan Allah yang akan menciptakan manusia,yang menurut pandangan Malaikat''Manusia''adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumpahan darah(QS 2:30).Tidak kalah sengitnya dengan syetan memprotes keberadaan manusia yang dipandang rendah,yang hanya diciptakan dari unsur tanah,sambil membanggakan dirinya yang dibuat dari api.
Dalam keadaan ini para malaikat gigit jari dan begitu terheran-heran : Rahasia macam apa ini ? Bumi yang hina-dina dipanggil kehadirat Zat Yang Maha tak tejangkau dengan segenap kehormatan dan kemuliaan ini.
KELEMBUTAN ILAHI DAN KEBIJAKAN TUHAN BERBISIK LEMBUT KEDALAM RELUNG RAHASIA DAN MISTERI MALAIKAT,''AKU TAHU APA YANG TIDAK KALIAN KETAHUI''( QS:2:30).
Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah,sementara Ruh manusia termasuk kedalam derajat tertinggi.Hikmah yang terkandung dalam hali ini bahwa manusia mesti mengemban tugas amanat pengetahuan tentang Allah.Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan.Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat,Mereka mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifatnya(sifat-sifat Runya),bukan melalui raganya.
Karena Ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi,tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya,entah itu malaikat maupun syetan sekalipun atau segala sesuatu lainnya.Demikian pula,jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah,sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya,entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya.Ketika mengaduk dan mengolah tanah,semua sifat hewan dan binatang buas,semua sifat syetan,tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan.Hanya saja,tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat''Dua tangan-Ku''.Karena masing-masing sifat tercela hanyalah sekdar kulit luarnya saja,didalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.
Penjelasan diatas merupakan urutan ungkapan mengenai hakekat diri yang sebenarnya,dimana manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai"Khalifah''(wakil Allah).Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman_Nya. Para makhluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya,ia hanya mampu melihat pada tingkatan yang paling rendah dalam diri manusia.Sementara itu terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan Ilahi (QS 15:28-29).
Ungkapan hakikat manusia mengacu kepada kecenderungan tertentu secara berurutan dalam memahami manusia.Hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap,tidak berubah-ubah,yaitu identitas esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri.
Al Ghazaly yang hidup pada abad pertengahan tidak terlepas dari kecenderungan umum pada zamannya dalam memandang manusia.didalam buku-buku filsafatnya ia mengatakan bahwa manusia mempunyai identitas esensial yang tetap,tidak berubah-rubah yaitu An Nafs(jiwanya).Yang dimaksud An Nafs adalah substansi yang berdiri sendiri,tidak bertempat dan merupak tempat pengetahuan intelektual(Al Makulat) yang berasal dari alam malakut atau alam Amr,ini menunjukkan esensi manusia bukan fisiknya dan bukan fungsi fisik.Sebab fisik adalah sesuatu yang mempunyai tempat.Alam Al Amr atau alam Malakut adalah realitas diluar jangkauan Indra dan Imajinasi,tanpa tempat,arah dan ruang.Sebagai lawan dari alam Al Khalq atau alam Mulk yaitu dunia tubuh dan aksiden-aksidenya esensi manusi,dengan demikian an nafs adalah substansi immaterial yang berdiri sendiri dan merupakan subyek yang mengetahui (Bashirah).
Untuk membuktikan adanya substansi immaterial yang disebut An Nafs,Al Ghazaly mengemukakan beberapa argumen.Persoalan kenabian,ganjaran perbuatan manusia dan seluruh berita tentang akhirat tidak ada artinya apabila An Nafs tidak ada,sebab selurh ajaran agama hanya ditujukan kepada yang ada(al maujud) yang dapat memahaminya,yang mempunyai kemampuan bukanlah fisik manusia sebab fisik manusia mempunyai kemampuan memahami,obyek-obyek fisik lainnya juga mesti mempunyai kemampuan memahami,kenyataannya tidak demikian argumen bersifat keagamaan ini bagaimanapun tidak dapat meyakinkan orang yang ragu terhadap kenabian dan hari akhirat,karena untuk mempercayai argumen ini orang terlebih dahulu harus percaya akan kenabian dan hari akhirat.
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual yang dibuat kesederhanaan langsung,yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037M) untuk tujuan yang sama,melalui pembuktian dengan kenyataan faktual.Al Ghazaly memperlihatkan,bahwa antara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemapuan masing-masing.Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya.Benda mati mempunyai gerak monoton dan disadari oleh prinsip alam.Sedangkan tumbuhan adalah makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya,selain mempunyai gerak monoton,juga mempunyai kemapuan bergerak secara bervariasi.Prinsip tersebut jiwa vegetatif.Hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan hewan,selain mampu bergerak bervariasi juga mempunyai rasa.
mengingkari Allah maupun pada mereka yang mengikuti-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar